Jumat, 21 Juni 2013

“Filsafat al-‘Ilm fi al-Qarn al-‘Ishrin” Karya Yumna Tarif al-Khuli

oleh: Moh. Hasyim Abd. Qadir



BAHASAN
1.    Ilmu Dalam Kajian Filosofis-Historisnya
Dikatakan bahwa ilmu tidak memikirkan tentang dirinya sendiri, karena tugas  ilmu adalah sebagi pembenaran dan melakukan pembaharuan dan keberadaan ilmu sendiri dalm sejarahnya adalah sejarah keberadaan akal manusia dengan interaksi antar akal dengan hal yang bersifat eksprimental dan visual, oleh sebab ilmu tidak memikirkan tentang dirinya sendiri, maka disinilah peran filsafat ilmu dengan menjelaskan metodologi-metodologi ilmu, karakteristik ilmiah, syarat-syaratnya dan lain sebagainya yang secara general ini disebut sebagia epistimologi, maka filsafat ilmu merupakan satu-satunya media resmi dalam membicarakam tentang seluk-beluk ilmu dan ia diperlukan untuk memahami esensi suatu ilmu.
Filsafat ilmu menjadi pembahsan akademik secara murni pada paru pertama abad sembilan belas dan pada abad sembilan belas inilah ilmu modern mulai tumbuh dan berkembang pesat, tapi walaupun demikian tokoh yang meletakkan dasar-dasar perkembangan ilmu modern adalah: R. Descartes (1596-1650) yang disebut sebagai bapak filsafat modern  yang berasumsi bahwa akal merupakan barometer berpikir manusia untuk mengetahui segala sesuatu, dan F. Bacon (1561-1626) yang disebut sebagai bapak Empirisme yang beranggapan bahwa pengetahaun yang benar adalah pengetahuan yang diterima melalui inderawi dan fakta atau kenyataan.

Sejarah ilmu pengetahuan berkembang sekitar abad dua puluh dengan ditandai munculnya beberapa tokoh yang  konsen dalam mengkaji historisitas ilmu, diantaranya adalah: E. Mach (1838-1916 ), P. M. Duhem (1861-1916.
Sedangkan perkembangan ilmu modern sendiri tidak terlepas dari keberaadan ilmu klasik karean ilmu moderen adalah pengembangan darii ilmu klasik dengan lebih memunculkan kreatif berpikir yang lebih luas dan bebas.

2.    Peninggalan Abad Dua Puluh  Terhadap Ilmu Modern
F. Bacon (1561-1626 ) selah seorang pendiri aliran empirisme yang merupakan salah satu pijakan dari ilmu modern diklaim sebagai pengusung metodologi ilmiah pada abad tujuh belas karena ia berhasil merumuskan konsep metodelogi ilmiah secara sistematis dan tersetruktur dengan mengunakan media akal dan pancaindera dalam melakukan pengamatan-pengamatan faktual.
Metode ilmiah ini berpengaruh besar terhadap perkemangan ilmu modern kedepannya dan ia merupakan peninggalan berharga yang layak untuk dikembangkan dalam melakukan kegiatan ilmiah. Dan ilmu-ilmu modern yang kita rasakan manfaatnya sekang harus berterimakasih terhadap metede ilmiah ini yang dilahirkan pada abad dua puluh.

3.    Filsafat Ilmu Modern
Terdapat perbincangan/dialektika antara filsfat dan ilmu modern. Filsafat kuno disebut sebagai induk dari ilmu pengetahuan, ini menunjukkan filsafat menjadi pijakan bagi ilmu modern dan tidak bisa dipungkiti bahwa ilmu modern lahir dari buah kontribusi besar pemikiran-pemikiran filosofis.
Filsafat ilmu modern ditandai dengan munculnya metode-metode ilmiah dalam melakukan kegitan berpikir sehingga melahirkan beberapa aliran-aliaran filsafat, dalam perkembangan filsafat ilmu sendri mencetuskan istilah dan metode baru seperti: induksi, deduksi, formal sciences dan informal sciences, metede-metode ini dilakukam guna untuk menjelaskan dan menemukan apa yang disebut dengan kebenaran.

4.    Revolusi Fisika dalam Perspektif Filsafat Ilmu
Pada pembukaan abad dua puluh tepatnya pada Desember tahun 1900, M. Plank (1858-1947) mendeklarasikan penemuan teori quantum dan lima tahun kemudian ditemukan teori relativitas oleh Einstein, hal ini menunjukkan harus ada gerak kritis seiring dengan perjalanan waktu.
Fisika sendri dimulai sejak masa Isaac Newton (1643-1727) yang disebut-sebut sebagai bapak fisika klasik namun puncak perkembangan fisika sendiri terjadi pada masa Albert Einstein (1879-1955) yang selanjutnya dikatakan sebagai bapak fisika modern, dengan penemuan teori relativitasnya yang banyak berkontribusi dalam pengembangan mekanika quantum.
Perkembangan fisika dan teori-teori didalamnya dan perkembangan filsafat ilmu adalah dua entitas yang berjalan beriringan, dan filsafat ilmu sendiri merupakan penggerak ilmu pengetahuan yang fisika masuk didalamnya.
5.    Logika Empirisme
Empirisme adalah aliran filsafat yang menekankan peranan penting pengalaman dalam memperoleh pengetahuan, empirisme berlawananan dengan rasionalisme, ia (empirisme) memandang bahwa pengetahuan tentang kebenaran tidak diperoleh melalui akal tetapi bersumber dari panca indera manusia, maka kebenaran dalm pandangan empirisme adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia.
Empirisme berkembang secara signifikan khususnya di abad dua puluh, dan perkembangan signifikan empirisme itu sendiri diimbangi dengan perkembangan logika (mant}iq) dan matematika. Logika sendiri adalah ilmu yang mempelajari tentang aturan-aturan berpikir radikal, ia digunakan sebangai pembuktian. ia menuntun berpikir secara benar.
Ilmu dalam pandangan empirisme diperoleh melalui pengalaman yang dialami, dari hal ini maka hipotesa ilmiah berarti harus berdasarkan pengamatan atau pengalaman dan diuji dengan metode empiris yaitu melalui berbagai pengamatan  eksperimental.

6.    Dari Logika Pembenaran Menuju Logika Kemajuan
Awalnya filsafat ilmu digunakan sebagai logika pembenaran dari pengetahuan ilmiah, artinya, filsafat ilmu menelaskan upaya-upaya agar sebuah pengetahuan bisa anggap benar, namun kebenaran pengetahuan tidak konstan karena apa yang dianggap benar sekarang belum tentu besok masih dianggap benar.
K. R. Popper (1902-1994) adalah penggerak dalam mengupayan adanya transformasi logika pembenaran kepada logika penemuan ilmiah dan pengembangan konsep metodologisnya dengan mengunakan asas bahwa pengetahuan bersedia untuk dilakukan pengujian ulang agar bisa menemukan kesimpulan  yang bisa dinyatakan sebagai kebenaran ilmiah.
Langkah ini merupakan upaya menuju kemajuan yang tidak berhenti dalam anggapan-angapan awal, harus selalu ada upaya maju dengan siap menerima kritikan dan kritikan inilah yang selanjutnya menjadi cambuk untuk melakukan perbaikan dan lebih maksimal dalam upaya melakukan penemuan-pnemuan ilmiah. Maka Popper tidak menganggap pengetahuan ilmiah yang diklaim sebagai sebuah kebenaran ilmiah telah berhinti disana, tetapi harus ada kritik dan uji ulang dan ini tidak lain untuk menumbuhkan kemajuan ilmiah.

7.    Filsafat Ilmu dan Pemerhatian Terhadap Historisitas Ilmu
Historisitas ilmu pengetahuan mempunyai banyak peran dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang dilakukan melalui sarana filsafat ilmu, walaupun terkesan terdapat berbedaan perspekif antaraa ilmu pengetahuan kuno dengan pengetahuan modern namun semua itu tdak menjadikan kekosongan apresiasi terhadap sejarah perkembangan ilmu iry sendiri sejak awal hingga saat ini.
Semua pencapaian yang dilakukan pada abad dua puluh bahkan sampai saat ini tidak lepas dari pengetahuan sebelumnya untuk dicarikan penyempurnaannya, maka sesiap masa perkembangan ilmu pengetahuan selayaknya harus berterima kasih terhadap ilmu pengetahuan sebelumnya.

PENUTUP
            Buku ini bagus untuk baca karena pembahsannya tentang filsafat ilmu cukup konprehensif namun sayangnya tidak terlalu membicarakan tentang aliran filsafat modern secara mendetail dengan hanya menjelaskan secara acak dan tidak spesifik, demikian juga dengan kajian tokohnya.


1 komentar: