oleh: Moh. Hasyim Abd. Qadir
PENDAHULUAN
Dalam sejarah kejayaan Daulah Abbasiyah muncul
dinasti-dinasti kecil, salahsatunya adalah dinasti Saljuk,
sebagaimana dalam catatan sejarah Daulah Abbasiyah mampu
merebut panggung
politik kekuasaan Islam dari tangan Daulah Umawiyah, namun dari rentatan panjang masa
kekuasanya, Abbasiyyah tidak terlalu cakap dalam mempertahankan wibawa dan
pengaruh kekhalifahanya. Abbasiyah tidak bisa menggenggam beberapa pelosok daerah yang
dahulu pernah tunduk dibawah pemerintahan Umawiyah. Melemahnya kepemerintahan Abbasiyah inilah yang menimbulkan lahirnnya
dinasti-dinasti kecil dibawah kekuasaan Abbasiyah.
Dinasti-dinasti
kecil yang tumbuh pada emperium dinasti Abbasiyah masing-masing mempunyai andil
yang terbagi dalam dua katagori, pertama: dinasti kecil yang melemahkan
dan mempersempit ruang kekuasaan dinasti Abbasiyyah seperti Idrisiyah,
Rustamiyah, Buwaihiyah, Fatimiyah dan lain lain, kedua; dinasti kecil
yang memperkuat serta mempertahankan kelangsungan dinasti Abbasiyyah, dan diantara
dinasti kecil yang memiliki peran penting terhadap keberlangsungan emperium
Abbasiyah adalah Dinasti Saljuk, dinasti ini mempunyai makna besar dalam
sejarah kekuasaan Abbasiyah. Bahkan
Saljuk juga mempunyai
peranan penting kepada peradaban Islam pada umumnya
PEMBAHASAN
A. Asal
Usul bangsa Saljuk
Nama dinasti Saljuk diambil dari sebuah nama
seorang tokoh yang berasal dari keturunan Turki yaitu Saljuk bin Tuqaq.berasal
dari kabilah kecil keturunan Turki, yakni kabilah Qunuq. Kabilah ini bersama
dua puluh kabilah kecil lainnya bersatu membentuk rumpun Ghuz. Semula gabungan
kabilah ini tidak memiliki nama, hingga muncullah tokoh Saljuk putra Tuqaq yang
mempersatukan mereka dengan memberi nama suku Saljuk.[1]
Saljuk dikenal sebagai seorang orator ulung dan
dermawan oleh kerena itu ia disukai dan taati oleh masyarakat, dilain pihak
istri raja Turki khawatir jika saljuk melakukan pemberontakan, karenanya ada
rencana untuk membunuh saljuk secara licik, dan saljuk sendiri mengetahui
rencana jahat tersebut lalu ia mengumpulkan pasukannya dan membawa mereka ke
kota Janad, mereka tinggal disana dan
bertetangga dengan kaum muslimin di negeri Turkistan, maka ketika saljuk
melihat prilaku orang Islam yang baik dan berakhalaq luhur ia akhirnya memeluk
agama Islam dan kabilah Ghuzpun akhirnya memeluk Islam. Dan sejak itulah saljuk
mulai melakukan perlawanan dan peperangan melawan orang-orang Turki yang kafir,
akhrinya iapun mampu mengusir bawahan raja Turki dan menghapus pajak atas kaum
muslimin.[2]
Dalam kajian historis para sejarawan menyebutkan bahwa suku Saljuk memeluk agama Islam pada sekitar akhir abad ke-4 H/ 10 M, dengan barmazhab Sunni.[3]
B. Silsilah
Nasab Dinasti Salju
Silsilah kelurga Dinasti
Saljuk bisa perinci sebagai berikut ;
1.
Saljuk Ibnu Tuqaq memiliki dua orang putra yaitu
Mikail dan Arselan Payghu namun dalam leteratur lain disebutkan bahwa Saljuk memiliki empat orang anak
yaitu Arselan, Mikail, Musa dan Yunus.[4]
2.
Mikail memiliki dua orang putra yaitu Chager Bek
Daud dan Tughril Bek
3.
Chager Bek Daud memiliki dua orang putra yaitu Alp
Arselan dan Kaward,
4.
Alp Arselan memiliki dua orang putra yaitu Malik Syah dan Tutush,
5.
Malik Syah memiliki empat orang putra yaitu
Bargiyaruk, Muhammad, dan Sinyar serta Mahmud.[5]
C. Awal
Mula Kemunculan
Dinasti Saljuk
Diatas telah dijelaskan bahwa
Saljuk dan orang-orang yang setia kepadanya menyelamatkan diri dengan melarikan
diri ke arah Barat, yaitu daerah Jundi (jand), suatu daerah yang merupakan
bagian dari Asia Kecil yang dikuasai oleh dinasti Samaniyah yang dipimpin oleh
Amir Abd al-Malik Ibn Nuh (954-961 M)[6].
Tempat tinggal bangsa Saljuk ini
berdekatan dengan kaum Samaniyah dan Ghaznah yang merupakan dua Dinasti yang
saling bersitegang, dan terkadang
terjadi pertikaian atau peperangan diantara mereka. Kondisi ini memberi
ruang kosong bagi kaum Saljuk untuk menunjukan eksistensinya dengan cara
memberikan tendensinya kepada salah satu dari dua dinasti yang sedang berseteru
tersebut, yaitu kepada Dinasti Samaniyah, dan sebagai imbalanya Dinasti
samaniyah memberikan keleluasaan bagi kaum saljuk untuk bertempat berdekatan
dengan Sihun[7]
Pada tahun 389 H, dinasti
Samaniyah mengalami kemundurun yang signifikan maka disaaat itu kaum Saljuk
berada digarda terdepan dalam meneruskan perlawanan terhadap dinasti Ghaznah.
Sepeninggal Saljuk kepemimpinan diteruskan oleh putranya yang bernama Arselan,
namun kepemimpinan Arselan berakhir atas kelicikan Sultan Mahmud seorang pemimpin
dinasri Ghaznah yang berpura pura baik dan kemudian menangkap dan memenjarakan Arselan.
Selanjutnya tampuk kepemimpinan diambil alih oleh Mikael yang merupakan saudara
Arselan. Namun nasib Mikael sama dengan yang dialami oleh kakaknya yaitu terpedaya
oleh kelicikan sikap Sultan Mahmud yang pada tahun 418 H Sulatan Mahmud
menyerang dan memporakporanakan kaum Saljuk yang berujung pada kematian Mikael.
Mikael mempunyai dua orang putra
yang selanjutnya menjadi penerus kepemimpinan kaum Saljuk dan sekaligus
penggagas berdirinya dinasti Saljukiyah, yaitu Jughril Bek dan Tughril Bek.
Sepeninggal Sultan Mahmud
dinasti Ghaznah mengalami kemunduran, karena Mas’ud yang menjadi penerusnya
tidak memiliki kapasitas yang memadai untuk menjadi pemimpin Negara. Dilain
sisi kaum Saljuk terus merong-rong dinasti Ghaznah yang mulai rapuh yang pada
akhirnya usaha mereka membuahkan hasil dengan tewasnya Mas’ud putra Sultan
Mahmud dan mundurnya kaum Ghaznah meninggalkan Khurasan menuju India dalam
sebuah pertempuran pada tahun 429 H, maka ketika itu juga Tughril bek
mengumumkan pendirian dinasti Saljuk,
Mereka mampu merebut Marw dan Naisabur dari genggaman
kekuasaan Ghaznah, kemudian mereka juga merebut Balkh, Jurjan, Thabaristan,
khawarizm, Hamadhan, Rayyi, dan Isfahan serta pemerintah Buwaihi tunduk di
bawah kendali mereka.[8].
Pada masa pemerintahan Saljuk ini, mereka menguasai
dan memerintah di Baghdad selama sekitar 93 tahun yaitu dari tahun 429 H/1037 M
hingga tahun 522 H/1127 M.[9]
Pencapaian gemilang yang dilakukan oleh
pemerintahan Tughril Bek adalah menguasai Baghdad dan mengakhiri Dinasti
Buwaihi yang pada saat itu dipimpin oleh al-Malik al-Rahim dengan panglima
tentaranya yaitu al-Basasiri, serta menguasai beberapa wilayah yang telah
disebutkan sebelumnya. Atas dasar kegemilangan Tughril Bek inilah kemudian dia
mendapatkan dua gelar kehormatan, yaitu :
1.
Yamin Amir al-Mu'minin, gelar ini diperoleh karena
menumpas Bani Buwaih di Baghdad,
2.
Malik al-Syarqi al-Gharb, gelar ini diperoleh karena
menewaskan al-Basasiri dan mengembalikan kekuasaan Khalifah al-Qa'im.[10]
D. Periode Keemasan
Dinasti Saljuk (1063-1072 M)
Setelah Tughril Bek meninggal, kepemipinan diteruskan
oleh Alp Arselan[11],
keponakan dari Tughril Bek, karena ia tidak mempunyai seorang putra, Dia
memerintah sejak tahun 1063 hingga 1072 M.
Perluasan daerah yang sudah
dimulai pada kepemimpinan Thugrul Bek dilanjutkan oleh Alp Arselan ke arah
Barat sampai pusat kebudayaan Romawi di Asia kecil, yaitu Bizantium.
Dalam gerakan ekspansi itu
tedapat peristiwa penting yaitu yang dikenal dengan peristiwa Manzikar 463,
dimana Tentara Alp Arselan berhasil mengalahkan kekuatan besar tentara Romawi
yang terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, Al-Akraj, Al-Hajr, Prancis dan Armenia.
Dan dikuasainya Manzikar pada tahun 463[12].
peristiwa ini yang dinilai banyak sejarawan mempunyai pengaruh besar terhadap
rentetan sejarah peperangan besar antara kaum Islam dengan kaum Nasrani.
Pada
pereode inilah dinasti
Saljuk mencapai masa kejayaannya,
wilayah kekuasaannya
membentang mulai dari Kasgar, satu kota di ujung wilayah Turki, sampai ke
Yerusalem dan
luasnya dari
wilayah Contantinopel sampai ke laut Kaspia. Atas dasar
ini dinasti Saljuk dikenal
gemar melakukan ekspansi perluasan wilayah yang sangat luas, seperti halnya
penguasa Turki Usmani yang berhasil mendirikan sebuah imperium besar pada abad
ke-14 M.[13]
E. Sikap
Saljuk Terhadap Imperium Abbasiyah
Dinasti Saljuk memiliki hubungan baik dengan
khalifah Abbasiyah yang berbeda halnya dengan dinasti Buwaih, hal ini disebabkan kesamaan
dalam mazhab, yaitu sama-sama berpegang kepada
mazhab Sunni. Dengan berpegan kepada mazhab tersebut, memudahkan kerja sama di
antara kedua belah pihak dan mendorong kaum Saljuk itu menyanjung dan
menghormati dengan setinggi-tingginya kepada khalifah Abbasiyah. Disamping
itu Bani Buhaih
adalah kaum yang bersifat kasar dan ganas, sementara kaum Saljuk tidak
demikian.[14]
Saljuk selalu bersikap hormat, sopan, berlaku baik dan lembut sebagaimana
tercermin dari ucapan Tughrul Bek ketika menghadap khalifah; “aku pelayan
Amirul Mu’minin, bertindak atas perintah dan larangannya, berbuat sesuai
mandatnya. Hanya kepada Allah aku meminta pertolongan dan taufik”[15]
Kedekatan
antara bani Saljuk dan imperium Abbasiyah semakin erat ketika al-Qaim menikahi
khadijah yang merupakan keponakan Tughrul Bek, sementara Tughrul Bek menikahi
putri al-Qaim pada tahun 454 H/1062 M.[16]
Dari paparan
diatas memberikan pemahaman bahwa posisi Dinasti Saljuk memiliki pengaruh dan kedekatan
emosional kepada Imperium Abbasiyah yang dalam realitas politik ketika itu
tidak dapat dipungkiri bahwa Dinasti Saljuk memberikan pengaruh dan sumbangan
besar terhadap imperium Abbasiyah.
F. Kemajuan
Pada Dinasti Saljuk
Dinasti Saljuk memberikan sumbanga kemajuan dalam
serajah peradaban Islam dan diantaran pencapaiannya adalah:
1.
Perkembangan Politik
Pada masa Dinasti Saljuk tepatnya pada kepemimpinan
Alp Arslan, wazir Nizam al-Muluk memiliki pengaruh positif kepada Dinasti
Saljuk yaitu dengan memberikan ide-ide segar dalam mengubah dasar-dasar
pemerintah, diantaranya adalah:
a.
Menciptakan satu angkatan tentara Saljuk yang kuat.
b.
Mempererat hubungan antara khalifah Abbasiyah
al-Qa'im dengan kerajaan Dinasti Saljuk.
c.
Berpartisipasi dalam pelantikan Malik Syah sebagai penerus
Alp Arslan.[17]
2.
Perkembangan Pendidikan
Berkembangnya ilmu pengetahuan dengan
melahirkan beberapa ilmuan muslim yang lahir pada masa ini, antara lain:
al-Zamakhsyari sebagai tokoh dalam bidang teologi dan tafsir, al-Qusyairi
sebagai ahli tafsir, imam al-Ghazali sebagai tokoh dalam bidang teologi,
filsafat dan tasawuf, Farid al-Addin al-Athar dan Umar Khayyam sebagai tokoh
dalam bidang sastra.[18]
Bahkan kemajuan pendidikan pada Dinasti Saljuk
sudah menyentuh dalam bidang Iptek, pada
tahun 1075 M, Maliksyah menyelenggarakan sebuah konferensi yang menghadirkan
pakar-pakar bidang astronomi. Konferensi ini memberi mandat kepada Nizam
al-Muluk untuk memperbaharui kalender Persi berdasarkan hasil observasi mutakhir
yang lebih terpercaya. Dengan
menghasikan kalender Jalali.[19]
Selain
itu Dinasti Saljuk mendirikan sejumlah lembaga pendidikan, diantaranya madrasah Niz}amiyah di Baghdad, Balkh, Naisabur, Jarat, Ashfahan,
Basrah, Marw, Mausul, dan lain sebagainya.[20] madrasah
Niz{amiyah didirikan dengan tujun: pertama, menyebarkan pemikiran Sunni untuk
menghadapi pemikiran Syiah,
kedua, menyediakan guru guru Sunni yang cukup untuk untuk mengajarkan
faham Sunni dan menyebarkanya ke tempat lain, ketiga, membentuk kelompok
pekerja Sunni untu berpastisipasi dalam menjalankan pemerintahan khususnya
dibidang peradilan dan manajemen[21] dan diantara alumninya adalah
Imam Ghazali.[22]
3.
Perkembangan Infrastruktur
Kontribusi Dinasti Saljuk dalam
bidang arsitektur begitu besar. Dan Malik Syah terkenal dengan usaha pembangunan
separti masjid, jembatan, irigasi, jalan raya dan rumah sakit.[23]
G. Keruntuhan
Dinasti Saljuk
Sepeninggal
Sultan Malik Syah, kepemimpinan diteruskan oleh anaknya yaitu Barkiaruq, pada
masa ini dinasti Saljuk mulai mengalami kemunduran. Terdapat beberapa factor
yang melatar belakangi kemunduran pemerintahan adapun faktor yang menjadi sebab
runtuhnya dinasti saljuk adalah sebagai berikut:
1.
Konflik internal antara saudara,
paman dan anak- anak yang memperebutkan tonggak kepemimpnan.
2.
Lemahnya para khalifah Abbasiyah
untuk andil dalam dinasti Saljuk, sehingga kekhalifahan tidak mampu menolak
atau mengarahkan siapa saja yang akan duduk dikursi kesultanan Saljuk.
3.
Ketidak mampuan pemerintah Saljuk
dalam menyatukan wilayah Syam, Mesir dan Irak di bawah panji kekuasaan bani
Saljuk
4.
Terjadi gesekan besar dalam
kekuasaan Saljuk sehingga menimbulan bentrokan militer yang terus menerus
5.
Konspirasi orang-orang aliran
Bathiniyah terhadap kesultanan Saljuk dan juga membunuh para Sultan dan beberapa
komandanya[24]
SIMPULAN
Saljuk
adalah satu diantara dinasti yang pernah berjaya dalam politik imperium
Abbasiyah. Namun dunia berjalan dengan fitrahnya, tidak ada eksistensi yang
sempurna dan Saljuk juga merasakan itu setelah kejayaan datang masa keruntuhan.
Dari
penjelasan makalah di atas ada beberapa hal yang dapat disimpulkan, antara
lain:
1.
Kegigihan adalah modal utama untuk
mencapai kesuksesan dan Saljuk telah telah membuktikan itu.
2.
Kesamaan faham idiologi antara
Abbasiyah dan Saljuk yaitu sama sama penganut Sunni, menjadi factor besar dalam
hubungan baik antara keduanya.
3.
Keberadaan dinasti Saljuk memiliki
peranan penting bagi eksistensi kekhalifahan Abbasiyah,
4.
Dinasti Saljuk adalah salahsatu
dinasti yang memberikan sentuhan kemajuan bagi peradaban Islam melalui kemajuan infrastuktur, pengembangan
kebudayaan dan peningkatan intelektual
5.
Kemajuan dinasti Saljuk tidak
lepas dari peran penting para waz>ir
yang ada di belakangnya, salahsatunya adalah kesuksesan mendirikan akedemi
akademi yang bisa dirasakan pada masa depan Islam
6.
Konflik
internal merupakan benih awal kemunduran dan kehancuran dan hal itu di alami
oleh dinasti Saljuk.
Daftar
Pustaka
Ali,
K. Sejarah Islam (Tarikh Pramodern), terj. Ghufron A. Mas'adi, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1996.
Penyusun Dar al-‘ilm, Atlas
Sejarah Islam, Jakarta: Kaysa Media, 2011
Iqbal,
Muhammad dan Hunt, William. Ensiklopedi Ringkas Tentang Islam, terj. Dwi
Karyani, Jakarta: Taramedia, 2003
Al-Ubba>di,
Ahmad Mukhta>r, Fi al-ta>ri>kh al-Abba>siy wa al-Fa>timi.
Beirut: Da>r al-Nahdlah al-Arabiyah
Syalaby,
Ahmad. Sejarah dan Kebudayaan Islam, Vol. 3, terj. Muhammad Labib Ahmad,
Jakarta: Pustaka al-Husna, 1993.
Hitti,
Philip K. History Of The Arabs, terj.R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi
Slamet Riyadi, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010.
Yatim,
Badri. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993.
Yahaya,
Mahyudin dan Halimi, Ahmad Jelani. Sejarah Islam, Kuala Lumpur: Fajar
Bakti, 1993.
Nizar,
Syamsul. Sejarah pendidikan islam, Jakarta: Kencana Pradana 2009
Badawi,
Abdul Majid Abd al-Futuh. Tarikh al-Syiyasah wa al-Fikri, Mathlabi al-Wafa, 1988
Nasition,
Harun. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Vol. I, Jakarta: UI.
Press, 1985.
Al-Sholabi,
Ali. terjemah Samson Rahmat, Bangkit Dan Runtuhnya Khilafah Uthmaniyah,
Pustaka al-Kauthar
Ensiklopedi
Islam . Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002.
[1] K. Ali, Sejarah Islam (Tarikh
Pramodern), terj. Ghufron A. Mas'adi (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1996), 406.
[3] Muhammad Iqbal dan William Hunt,
Ensiklopedi Ringkas Tentang Islam, terj. Dwi Karyani (Jakarta: Taramedia, 2003), 358.
[6] Ahmad Mukhta>r al-Ubba>di,
Fi al-ta>ri>kh al-Abba>siy wa al-Fa>timi.(Beirut , Da>r al-Nahdlah al-Arabiyah) 170.
[7] Ahmad Shalabi, Sejarah dan
kebudayaan Islam, (Pustaka al-Husna Baru)277
[8] Philip
K. Hitti, History Of The Arabs, terj.R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi
Slamet Riyadi (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010), 602
[12] Shalabi, sejarah dan
kebudayaan Islam.286
[14] Ahmad Syalaby, Sejarah dan
Kebudayaan Islam, Vol. 3, terj. Muhammad Labib Ahmad (Jakarta: Pustaka
al-Husna, 1993), 339.
[24] Ali Al-Sholabi, terjemah Samson Rahmat, Bangkit
Dan Runtuhnya Khilafah Uthmaniyah(Pustaka al-Kauthar).37
Syukron Jazakillah, Artikelnya bermanfaat
BalasHapusTerimakasih😀sangat membantu
BalasHapus