Selasa, 22 Januari 2013

MUKJIZAT AL QURAN DAN PERKEMBANGAN SAINS


oleh: Moh.Hasyim Abd. Qadir


Alquran adalah kitab yang menakjubkan yang merupakan mukjizat bagi Nabi Muhammad, kitab yang mengisyatarkan keagungan Tuhan yang tidak bisa ditandingi oleh buku manapun.
Dimensi kemukjizatan Alquran: Susunan  bahasa yang indah yang tak tertandingi oleh setiap susunan yang ada dalam setiap bahasa, gaya bahasa yang menakjubkan yang tak  tiada duanya, citra keagungan yang menutup segala kemungkinan bagi makhluk untuk menciptakan karya sepadan. undang-undang yang detail dan sempurna yang mengalahkan setiap undang-undang buatan manusia. mengabarkan hal-hal gaib yang tak mungkin bisa diketahui kecuali hanya dengan wahy,.tidak bertentangan dengan pengetahuan umum yang dipastikan kebenaranny, menepati janji dan ancaman yang telah tertuang didalamnya, sumber segala ilmu pengetahuan, jawaban atas segala kebutuhan manusia, dan dapat meluluhkan kerasnya hati.
Inilah kitab yang paling istimewa, ketika buku-buku lain diciptakan oleh para doktor, cendekiawan, ataupun negarawan, kitab yang satu ini diciptakan oleh Tuhan sebagai wahyu kepada  utusannya yang mulia Nabi Muhammad.
 Ada banyak tantangan untuk menguji kebenaran Alquran dari zaman ke zaman, sebagian menguji atas dasar ketidakpercayaan, sebagian menguji atas dasar kebencian, sebagian lagi menguji murni demi  memuaskan hasrat intelektual.
 Penemuan demi penemuan di bidang sains yang tak terpikirkan oleh orang-orang terdahulu telah dengan sangat fasih membuktikan bahwa Alquran adalah sebuah maha karya yang datang dari sisi sang Pencipta alam semesta, maka Maha Benar Allah dengan sefala firmannya.



A.    Pendahuluan
Sekitar 14 abad yang lalu Allah menurunkan Alquran kepada nabi Muhammad SAW, sebagai mukjizat terbesar yang diberikan kepadanya, yang berfungsi sebagai bukti kerasulannya, undang-undang dalam pembentukan syariat yang di bawanya, dan petunjuk bagi manusia ke jalan yang lurus agar senantiasa berbahagia di dunia dan akhirat.
Semua orang Islam tahu bahwa Alquran merupakan mukjizat bagi nabi Muhammad tapi tidak semua mengerti apa yang dimaksud dengan mukjizat Alquran (kenapa dan bagaimana Alquran bisa dikatakan sebagai mukjizat). Untuk itu, mengetahui pengertian Alquran dan mukjizat merupakan langkah awal untuk mengetahui dan memahami  arti Mukjizat itu sendiri yang eksistensinya tidak diragukan dan tidak pernah usang dimakan zaman karena ia mampu berinteraksi dengan perkembangan zaman dan bisa diterapkan dalam setiap kondisi sehingga ia selalu aktual untuk  dikaji, tidak terkecuali seiring dengan perkempangan sains.


B.     Pengertian Alquran
Secara etimologis quran pada mulanya seperti qiro'ah (menghimpun huruf atau kata satu  dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapi)  yang merupakan bentuk  masdar (infinitif) dari qoro'a (mengumpulkan dan menghimpun) dengan wazan (tasrif, konjungsi) fu'lan (فعلان ) yang mempunyai arti " bacaan". namun Alquran di sini dikhususkan sebagai nama kitab yang diturunkan kepada nabi Muhammad, sehingga Alquran menjadi nama khusus bagi kitab tersebut dan ayat-ayatnya, maka orang yang membaca ayat-ayat Alquran boleh dikatakan ia sedang membaca Alquran[1].
Menurut terminologis Alquran adalah kalam Allah yang bermukjizat, diturunkan kepada Muhammad melalui malaikat Jibril, tertulis di mushaf, di riwayatkan dengan mutawatir, membacanya bernilai ibadah yang diawali dengan surat Alfatihah dan diakhiri dengan surat Annaas[2] .
Berbicara tentang Alquran adalah berbicara tentang sebuah kitab yang istimewa, Bagaimana tidak istimewa, ketika buku-buku lain diciptakan oleh para doktor, cendekiawan, ataupun negarawan, kitab yang satu ini diciptakan oleh Tuhan sebagai wahyu kepada  utusannya yang mulia Nabi Muhammad.
 Ada banyak tantangan untuk menguji kebenaran Alquran dari zaman ke zaman, Sebagian menguji atas dasar ketidakpercayaan, sebagian menguji atas dasar kebencian, sebagian lagi menguji murni demi  memuaskan hasrat intelektualnya.
 Penemuan demi penemuan di bidang sains yang tak terpikirkan oleh orang-orang terdahulu telah dengan sangat fasih membuktikan bahwa Alquran adalah sebuah buku yang diciptakan oleh Pencipta alam semesta.
Dari penjelasan diatas dapat dibedakan antara Alquran dengan buku biasa yaitu : (1) pahala yang didapat dengan membacanya, (2) kevalidan berita Alquran, (3) nilai mukjizat yang terkandung di dalamnya. Tiga unsur ini tidak dimiliki oleh buku buatan manusia bahkan kitab suci yang diturunkan sebelum Alquran sekalipun,

C.    Pengertian Mukjizat
Kata mukjizat dalam pandangan bahasa berasal dari bahasa arab mu'jiz (yang melemahkan) kata ini merupakan bentuk isim fa'il dari fi'il madhi, a'jaza (melemahakan atau menjadikan lemah), sedangkan tambahan ta' marbuthoh    ( ة ) pada akhir kata mengandung makna mubalaghoh (superlatif), sehingga arti dari kata mukjizat adalah pelaku mampu melemahkan pihak lawan dengan tanpa perlawanan (dapat membungkamnya)[3].
Sementara menurut terminologi, yaitu sesuatu yang luar biasa yang diperlihatkan Allah melalui para nabi dan rasul-Nya sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulan[4]. Maka setiap peristiwa yang keluar dari hukum alam dikatakan mukjizat apabila terjadi pada Nabi, namun apabila terjadi pada manusia biasa tidak dinamakan mukjizat melainkan karomah apabila terjadi pada orang-orang saleh atau sihir apabila terjadi pada orang jahat, selain itu, harus memenuhi syarat-syarat penamaan mukjizat yang telah diungkapkan oleh para ulama yaitu:
  1. Peristiwa yang hanya mampu diciptakan oleh Allah swt.
  2. Peristiwa aneh yang keluar dari hukum alam.
  3. Merupakan saksi atau dalil kebenaran pengakuan seseorang sebagai rasul.
  4. Sesuai dengan pengakuan nabi yang menantang dengan mukjizatnya, dalam artian mukjizatnya tidak bertentanagan dengan tantangannya.
  5. Tidak ada yang dapat menandinginya[5].
Apabila peristiwa luar biasa tersebut sudah mencakup lima syarat di atas maka dapat dikategorikan sebagai mukjizat yang harus diyakini kebenarannya.

D.    Maksud dari Mukjizat Alquran
Mukjizat Alquran mengandung arti, bukti kebenaran yang terkandung dalam Alquran yang bersifat internal bukan faktor eksternal, maka yang akan dibahas di sini adalah Alquran dalam konteks kemukjizatannya yang manusia tidak mampu untuk membuat semisal darinya baik secara individual ataupun kolektif. Tapi yang dimaksud kemukjizatan Alquran bukan semata-mata untuk melemahkan manusia atau menyadarkan mereka atas kelemahannya untuk membuat semisal Alquran, akan tetapi menjelaskan kebenaran Alquran dan Rasul yang membawanya[6] .
Berbicara tentang ketidakmampuan membuat semisal dari Alquran ada sekelompok orang yang berpendapat bahwa hal tersebut terjadi karena ada intervensi Allah dalam menghalangi pembuatan Alquran tandingan dengan cara menciptakan kelemahan untuk menandinginya berupa menarik ilmu yang dibutuhkan untuk menciptakan Alquran tandingan. Paham ini dinamakan paham As-Shorfah yang di pelopori Abu Iskhak An-Nizhami. menurut mereka kemukjizatan Alquran lahir dari faktor eksternal bukan internal dengan kata lain yang berupa mukjizat bukan Alquran melainkan "As-Shorfah"nya, pendapat mereka didasari  firman Allah:
صرف الله قلوبهم بانهم قوم لايفقهون
Artinya:
"Allah memalingkan hati mereka karena mereka kaum yang tidak mengerti"
Ulama membantah paham As-Shorfah ini karena dianggap keliru dan menyesatkan dengan menyamakan pendapat mereka dengan perkataan orang arab, yang disebutkan dalam Alquran:
ان هذا الا سحر يؤثر
Artnya:
"Ini tidak lain hanya sihir yang diterimanya (dari tukang sihir)
Dan hal ini dibantah oleh Allah dengan menganggap mereka buta,
افسحر هذا ام انتم لاتبصرون

Artinya:
"Apa sihirkah (yang kau lihat) ini, ataukah kamu tidak melihatnya"
Kalau dinalar dengan logika, pendapat mereka tidak logis, adanya tantangan Allah untuk membuat semisal dari Alquran mengindikasikan bahwa orang arab memiliki kemampuan bahasa dan sastra yang cukup tinggi, karena bagaimana mungkin penantang menantang lawannya yang tidak mempunyai kemampuan, ketidak mampuan manusia untuk menandinginya dikarenakan ketinggian bahasanya yang diluar jangkauan manusia.


E.     Aspek-aspek Kemukjizatan Alquran
Kalau dikatakan esensi kemukjizatan Alquran bersifat internal maka perlu dibuktikan dari segi apa saja kemukjizatan Alquran tersebut[7], Almunawwar menjawab pertanyaan di atas dengan menguraikan sepuluh segi kemukjizatan Alquran:
  1. Susunan yang indah yang berbeda dengan setiap susunan yang ada dalam bahasa orang arab.
  2. Gaya bahasa yang menakjubkan, berbeda dengan gaya bahasa orang arab.
  3. Keagungan yang tidak mungkin bagi makhluk untuk menandinginya.
  4. Undang-undang yang detail dan sempurna yang mengalahkan setiap undang-undang buatan manusia.
  5. Mengabarkan hal-hal gaib yang bisa diketahui hanya dengan wahyu.
  6. Tidak bertentangan dengan pengetahuan umum yang dipastikan kebenarannya.
  7. Menepati janji dan ancaman yang disebutkan dalam Alquran.
  8. Adanya ilmu pengetahuan yang terkandung di dalamnya (pengetahuan agama atau umum).
  9. Memenuhi segala kebutuhan manusia.
  10. Dapat menyentuh hati seseorang.
Kalau disederhanakan setidaknya kemukjizatan Alquran terdapat pada empat aspek terpenting :

  1. Bahasa Alquran
Bahasa Alquran adalah bahasa yang indah dengan susunan dan gaya bahasanya yang khas yang tidak dapat ditiru para sastrawan Arab yang dikenal dengan kemampuan bahasa dan sastra yang tinggi, itu dikarenakan bahasa Alquran merupakan fenomena yang mampu mengungkap sesuatu yang abstrak sehingga dapat dirasakan dalam dinamika, dan kandungan maknanya dapat menggerakkan imajinasi dan perasaan pembacanya. Selain itu bahasa Alquran mempunyai keistimewaan tersendiri:
  1. Kelembutan Alquran secara lafzhiah yang terdapat dalam suara dan keindahan bahasanya.
  2. Semua orang (awam atau cendikiawan) dapat merasakan keagungan dan keindahan Alquran.
  3. Sesuai dengan akal dan perasaan karena Alquran memberikan doktrin pada akal dan hati.
  4. Keindahan dan susunan bahasa Alquran dapat memukau akal.
  5. Keindahan dalam aneka ragam bentuknya, dalam arti satu makna yang diungkapkan dalam beberapa lafadz dan susunan yang bermacam-macam yang semuanya indah dan halus.
  6. Alquran mencakup dan memenuhi persyaratan antara bentuk global (ijmal)  dan bentuk terperinci (tafshil).
  7. Dapat dimengerti cukup dengan melihat segi yang tersurat (yang dikemukakan)[8].
Bahasa Alquran yang tidak tertandingi itu, sebetulnya tidak keluar dari kaidah-kaidah kalam arab, baik lafadz, huruf-hurufnya,susunan dan uslub (gaya bahasa) nya. Akan tetapi keserasian jalinan huruf-hurufnya, ungkapan yang indah, uslub yang menawan, redaksi yang padat dan singkat, dan muatannya yang mampu menyentuh hati dan jiwa itulah yang membuat Alquran bernilai istimewa dan tidak tertandingi.
Ke-i'jaz-an Alquran dari aspek bahasa merupakan kemukjizatan utama karena hal ini merupakan tantangan bagi arang arab ketika itu yang mempunyai kemampuan bahasa dan sastra yang tinggi, terbukti dengan apresiasi mereka dalam bidang bahasa dan sastra ini[9]. dengan melombakannya dalam menyusun syair,petuah dan nasehat, syair-syair yang indah di gantung di ka'bah sebagai apresiasi terhadap karyanya, agar dapat di nikmati oleh orang banyak. Dan seorang penyair kala itu mempenyai kedudukan yang istimewa karena mereka dianggap sebagai pembela kaum dengan menggakat reputasi mereka melalui syair.
Maka mukjizat yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad adalah pernyataan-pernyataan (firman Allah) dengan kadar keindahan bahasanya yang luar biasa, sehingga tidak mungkin tertandingi, di samping muatan pesan dan perintah yang ada di dalam mukjizat itu—Alquran. Alquran sendiri memberi tantangan kepada siapapun yang meragukan kebenarannya. Bahkan Alquran telah memastikan ketidakmampuan manusia, juga jin, untuk menandingi keagungannya. “Katakanlah : ‘Seandainya manusia dan jin berhiimpun untuk menyusun semacam Alquran ini, mereka tidak akan mampu melakukannya, walaupun saling membantu” (QS. 17 : 88)
Disadari, untuk memahami mukjizat keindahan dan ketelitian bahasa Alquran, dibutuhkan kemampuan dan pengetahuan berbahasa arab yang cukup tinggi. Meskipun demikian, kita dapat melihat sisi-sisi lain dari mukjizat Alquran untuk aspek yang satu ini :
Nada dan Langgamnya. Ketika membaca Alquran, maka hal pertama yang dirasakan adalah nada dan langgam dari tiap ayat yang dibaca. Keunikannya dapat dilihat pada ritme dan irama ketika diucapkan. Satu contoh, yang ada dalam surat an-nazi’at: Di saat selesai pada ayat kelima, diteruskan pada ayat selanjutnya, namun dengan nada lain, berbeda dengan lima ayat pertamanya, sehingga tidak terasa adanya suasana bacaan yang monoton. Jika kita membuka lembaran-lembaran Alquran pada halaman lainnya, niscaya akan ditemukan pula irama-irama ayat dengan keindahan lainnya. Simaklah juga rentetan al-asmaul husna dalam surat al-Hasyr ayat 22-24, dan demikian seterusnya, “Alquran mempunyai simfoni yang tidak ada taranya, di mana setiap nada-nadanya bisa menggerakkan manusia untuk menangis dan bersuka cita”. Kalimat terakhir ini merupakan ungkapan seorang cendekiawan Inggris, Marmaduke Pickthall dalam The Meaning of Glorious Quran. Penulis ini memeluk Islam sebelum menterjemahkan Alquran, dan kita tidak dalam sebuah posisi untuk membuktikan apakah ia menulis pengaruh nada al-Quran tersebut sebelum atau sesudah keIslamannya.[10]
Keseimbangan Kata-Katanya, Tidak ada kata “kebetulan” untuk perimbangan kata-kata yang ada dalam Alquran ini. Keseimbangan kata-kata tersebut begitu pas dan sama sekali tidak dibuat-buat. Berikut ini kami kutipkan sebagian apa yang telah diringkas oleh Dr. Quraish Shihab mengenai keseimbangan itu.

Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya :
Ø  Al-hayaah / kehidupan dan al-Maut / kematian masing-masing sebanyak 145 kali.
Ø  An-naf’ / manfaat dan al-fasaad / kerusakan masing-masing sebanyak 50 kali.
Ø  A-harr / panas dan al-bard / dingin masing-masing sebanyak 4 kali.
Ø  Ash-shalihat / kebajikan dan as-sayyiat / keburukan masing-masing sebanyak 167 kali.
Ø  Ath-thuma’ninah / kelapangan atau ketenangan dan ad-dhiiq / kesempitan atau kekesalan masing-masing sebanyak 13 kali
Ø  Ar-rahbah / cemas atau takut dan ar-raghbah / harap atau ingin masing-masing sebanyak 8 kali.
Ø  Al-kufr / kekufuran dan al-Iman / iman masing-masing sebanyak 17 kali (dalam bentuk definite).
Ø  Kufr dan Iman masing-masing sebanyak 8 kali (dalam bentuk indefinite).
Ø  Ash-shaif / musim panas dan asy-syitaa’ / musim dingin masing-masing sebanyak 1 kali.

Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonim atau makna yang dikandungnya :
Ø  Al-harts / membajak sawah dan az-ziraa’ah / bertani masing-masing 14 kali.
Ø  Al-‘ujub / membanggakan diri dan al-ghurur / angkuh masing-masing 27 kali.
Ø  Adh-dhaalluun / orang sesat dan al-mauta / mati (jiwanya) masing-masing 17 kali.
Ø  Al-quran, al-wahyu dan al-islam, masing-masing 70 kali.
Ø  Al-aql / akal dan an-nuur / cahaya masing-masing 49 kali.
Ø  Al-jahr / nyata dan al-‘alaaniyah / nyata masing-masing 16 kali.

Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjuk kepada akibatnya :
Ø  Al-infaaq / menafkahkan dan ar-ridhaa / kerelaan masing-masing 73 kali.
Ø  Al-bukhl / kekikiran dan al-hasrah / penyesalan masing-masing 12 kali.
Ø  Al-kaafiruun / orang-orang kafir dan an-naar / neraka masing-masing 154 kali.
Ø  Az-zakaah / penyucian dan al-barokaat / kebajikan yang banyak mesing-masing 32 kali.
Ø  Al-faahisyah / kekejian dan al-ghadhab / murka masing-masing 26 kali.
Ø  Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan penyebabnya :
Ø  Al-israaf / pemborosan dan as-sur’at / ketergesa-gesaan masing-masing 23 kali.
Ø  Al-mau’izhah / petuah atau nasihat dan al-lisaan / lidah masing-masing 25 kali.
Ø  Alasraa / tawanan dan al-harb / perang masing-masing 6 kali.
Ø  As-salaam / kedamaian dan ath-thaayyibaat / kebajikan masing-masing 60 kali.
            Akan tetapi walaupun bahasa Alquran adalah bahasa yang indah dan tidak ada yang mampu menandinginya, Alquran bukan suatu karya syair, puisi, prosa,roman dan sebagainya, karena Alquran memiliki krakter tersendiri dalam pembentukan dan susunan bahasanya.

  1. Pembentukan Syariat
Manusia sebagai mahluk sosial butuh interaksi antara sesama, dalam artian antara satu orang dengan orang lain saling membutuhkan dalam menjalankan roda kehidupan masing-masing. Oleh karena itu perlu adanya undang-undang atau aturan yang berfungsi sebagai sistem pengatur dalam perinteraksian sosial, agar tatanan kekidupan stabil,dan keadilan antara individu terwujud, sehingga tidak ada tumpang tindih dan ketidak selarasan dalam tatanan kemasyarakatan.sebab itulah Allah menurunkan Alquran sebagai syariat bagi manusia.
 Syariat dalam Alquran tidak hanya mengacu pada pembentukan hukum saja, tetapi tasyri' yang dimaksud disini juga meliputi aqidah dan norma (akhlak). Dalam hal ini[11], mengemukakan prinsip-prinsip syariat dalam Alquran sebagai petunjuk (hidayah) yang integral dan konprehensip,
    1. Memperbaiki aqidah manusia, dengan memberi petunjuk tentang keimanan yang benar.
    2. Memperbaiki ibadah manisia, agar dapat mensucikan diri dan jiwanya.
    3. Memperbaiki akhalak manusia menjadi lebih terpuji.
    4. Memperbaiki norma-norma hubungan kemasyarakatan demi kesejahteraan manusia.
    5. Memperbaiki prinsip-prinsip politik dan tata negara, demi tegaknya keadilan dan hak asasi manusia.
    6. Menyerukan pendistribusian keuangan dan harta kekayaan dijalan yang baik dan benar, hidup hemat dan tidak boros.
    7. Memperbaiki dan mengangkat citra wanita.
    8. Memperbaiki dan memberi petunjuk tentang etika perang.
    9. Memberantas perbudakan secara bertahap.
    10. Membuka kebebasan berpikir, dan melarang pemaksaan dalam beragama.
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa subtansi kemukjizatan Alquran dari aspek tasyri' terletak pada kehadiran Alquran sebagai petunjuk bagi manusia, dan memenuhi kebutuhan empirik dan spiritual manusia.

  1. Pemberitahuan Masalah Gaib
Salah satu segi kemukjizatan Alquran adalah pemberitahuan masalah gaib, yang dimaksud gaib adalah sesuatu yang tidak di ketahui. tidak nyata atau tersembunyi[12], adapun manusia tidak mampu membuka tabir-tabir gaib, karena pengetahuan manusia terbatas pada panca indera, sedangkan akal sebagai penyaring dari apa yang ditangkap oleh panca indera. Pengungkapan masalah gaib dalam Alquran merupakan bukti bahwa ia adalah kalam Allah bukan buatan nabi Muhammad, seperti apa yang di tuduhkan oleh orang-orang orentalis.
 yang di ungkapkan Alquran mengenai masalah gaib adalah , peristiwa yang lampau yang tidak di ketahui oleh manusia kecuali dengan wahyu, peristiwa yang akan datang ,dan peristiwa masa sekarang yang belum di ketahui oleh manusia[13].
 Masalah gaib ini, ada yang sudah terbukti kebenarannya dan ada yang belum terungkap, sekarang yang menjadi permasalahan yaitu cara menyikapi berita  gaib dalam Alquran yang belum terungkap, sikap yang seharusnya dilakukan oleh orang Islam adalah  tetap mempercayai berita tersebut, karena bagaimanapun juga berita itu datang dari Allah dan segala sesuatu yang bersumber dari Allah pasti benar, adapun tidak terungkapnya berita gaib tersebut dikarenakan dua faktor, 1) pengetahuan manusia yang terbatas, 2) belum waktunya untuk diketahui atau terungkap.


  1. Isyarat Ilmiah
Selain mukjizat dari segi kekuatan bahasa, ketepatan berita sejarah maupun kejadian yang akan datang, serta keadilan hukum-hukum yang dikandungnya, terdapat pula mukjizat dari segi ilmiah (sains dan teknologi), Alquran adalah kitab suci yang agung didalamnya mengandung segala ilmu pengetahuan, tapi bukan berarti Alquran adalah kitab ilmiah yang di kenal dengan teori-teori ilmiahnya.
Kemukjizatan ilmiah Alquran adalah dorongan Alquran untuk selalu memikirkan dan mencermati alam dan penggunaan akal dalam aktifitas berpikir, bukan dalam teori-teori ilmiah[14], Kalau keilmiahan Alquran bersifat teori, Alquran suatu ketika tidak akan aktual untuk dikaji, karena teori akan selalu berubah, ada yang membaharui, dan identik dengan penelitian dan hasil observasi manusia.
Hakikat ilmiah yang disinggung Alquran, di kemukakannya dalam redaksi yang singkat, dan sarat makna,[15] dan tidak lepas dari sabtansi Alquran sebagai petunjuk.
Disamping memberikan stimulus[16] dalam aktifitas berpikir, Alquran menganjurkan untuk memgaplikasikan aktivitas berpikir tersebut dalam bentuk konkrtet.
Contoh ayat yang memuat isyarat ilmiah adalah kejadian alam semesta, Alquran mengisyaratkan bahwa bumi dan langit pada mulanya merupakan satu gumpalan:
"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?"

Dan Alquran tidak menjelaskan dengan rinci bagaimana proses terjadinya pemisahan tersebut, namun apa yang dikemukakan di atas tidak bertentangan dengan hasil penelitian atau observasi para ilmuan.
 Ada bebeapa fakta baru bisa dilihat di zaman modernt ini. Bidang embriologi: Sampai abad ke-17 ilmuwan Barat beranggapan bahwa penciptaan manusia terjadi sempurna sekaligus, yaitu sudah berbentuk utuh ketika dikeluarkan dari bibit bapaknya (sperma). Pada abad ke-18 ditemukan mikroskop yang menunjukkan bahwa sel telur ibu (ovum) lebih besar ukurannya dari sperma, sehingga anggapan tersebut bergeser ke pembuahan di ovum sebagai awal kesempurnaan terbentuknya seluruh anggota badan manusia. Baru pada abad-abad berikutnya dunia kedokteran Barat mengetahui bahwa manusia terbentuk sempurna secara bertahap dalam rahim ibunya. Padahal, umat Islam sudah meyakini sejak 15 abad yang lalu, berdasarkan berita Alquran, bahwa manusia tercipta secara bertahap (Q.S. Nuh: 13-14 ), dalam tiga lapis kegelapan di perut ibunya (Q.S. Az -Zumaar: 6), dan mempunyai nama-nama tahapan yang menggambarkan keadaan embrio secara akurat, 'alaqah, mudhghah, 'izhaam, kisaail 'izhaam bil lahm (Q.S. Al Mu'minuun : 12-14), sebelum terbentuk menjadi manusia secara utuh (khalqan akhar).
Bidang kosmologi: Kebanyakan kepercayaan batil beranggapan bahwa dunia dan alam semesta ini langgeng, tidak bermula dan tidak berakhir. Baru setelah dipelajarinya kosmologi (ilmu tentang asal usul alam semesta) dengan dukungan kemajuan fisika, terutama fisika nuklir, diketahui bahwa alam semesta ini bermula dan akan berakhir. Bermula dari suatu “dentuman besar” (big bang), kemudian terus mengembang (the expanding universe), dan diperkirakan akan berakhir dalam suatu “runtuhan besar” (big crunch). Walaupun pernyataan-pernyataan tersebut baru bersifat teoretis dalam kosmologi, namun Alquran sudah memastikan sejak 15 abad yang lalu, bahwa langit dan bumi berasal dari satu paduan yang kemudian terpisah (Q.S. Al-Anbiya: 30), alam semesta ini diluaskan (Q.S. Adz Dzaariyaat: 47), kemudian akan dihancurkan seperti kertas yang digulung (Q.S. Al Anbiyaa: 104).
Bidang metalurgi dan astronomi: Kalau membuka terjemahan Alquran Surah Al-Hadid ayat 25, akan dapati ungkapan "... dan Kami ciptakan besi ...", padahal dalam kalimat aslinya berbunyi "... wa anzalna al hadida ... (dan Kami “turunkan” besi) ...". Ternyata besi (ferum) yang massa atomnya 56-57 kali massa atom hidrogen, memang hanya bisa terbentuk di bintang-bintang nun jauh di sana. Matahari kita saja yang besarnya lebih dari sejuta kali bumi ini, hanya mampu mengubah atom-atom hidrogen menjadi atom baru yang dinamai helium, dengan kehilangan sebagian massa pembentuknya. Massa yang hilang inilah yang dipancarkan terus-menerus sebagai energi matahari sejak sekitar lima miliar tahun yang lalu. Kenyataan bahwa besi benar-benar diturunkan dari luar bumi diketahui setelah penemuan astronomi modern yang mendapati bahwa terbentuknya besi hanya bisa terjadi di bintang-bintang dengan massa lebih dari empat kali massa tata surya.
Dalam sebuah ayat, disebutkan bahwa gunung-gunung tidaklah diam sebagaimana yang tampak, akan tetapi mereka terus-menerus bergerak.
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al Qur’an, 27:88)
Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.
Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.
Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.
Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi.
Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut:
Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30)
Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah “continental drift” atau “gerakan mengapung dari benua” untuk gerakan ini. (National Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13).
Salah satu contohnya lagi adalah penciptaan bumi dan langit, Allah berfirman:
 "Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam..." (QS, 39:5)
Dalam Alquran, kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan tentang alam semesta sungguh sangat penting. Kata Arab yang diterjemahkan sebagai "menutupkan" dalam ayat di atas adalah "takwir". Dalam kamus bahasa Arab, misalnya, kata ini digunakan untuk menggambarkan pekerjaan membungkus atau menutup sesuatu di atas yang lain secara melingkar, sebagaimana surban dipakaikan pada kepala.
Keterangan yang disebut dalam ayat tersebut tentang siang dan malam yang saling menutup satu sama lain berisi keterangan yang tepat mengenai bentuk bumi. Pernyataan ini hanya benar jika bumi berbentuk bulat. Ini berarti bahwa dalam Alquran, yang telah diturunkan di abad ke-7, telah diisyaratkan tentang bentuk planet bumi yang bulat.
Namun perlu diingat bahwa ilmu astronomi kala itu memahami bumi secara berbeda. Di masa itu, bumi diyakini berbentuk bidang datar, dan semua perhitungan serta penjelasan ilmiah didasarkan pada keyakinan ini. Sebaliknya, ayat-ayat Alquran berisi informasi yang hanya mampu kita pahami dalam satu abad terakhir. Oleh karena Alquran adalah firman Allah, maka tidak mengherankan jika kata-kata yang tepat digunakan dalam ayat-ayatnya ketika menjelaskan jagat raya.
Dalam Alquran, Allah mengarahkan perhatian kepada sifat yang sangat menarik tentang langit:
"Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang ada padanya." (Q.S, 21:32)
Sifat langit ini telah dibuktikan oleh penelitian ilmiah abad ke-20. Atmosfir yang melingkupi bumi berperan sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan. Dengan menghancurkan sejumlah meteor, besar ataupun kecil ketika mereka mendekati bumi, atmosfir mencegah mereka jatuh ke bumi dan membahayakan makhluk hidup.
Atmosfir juga menyaring sinar-sinar dari ruang angkasa yang membahayakan kehidupan. Menariknya, atmosfir hanya membiarkan agar ditembus oleh sinar-sinar tak berbahaya dan berguna, - seperti cahaya tampak, sinar ultraviolet tepi, dan gelombang radio. Semua radiasi ini sangat diperlukan bagi kehidupan. Sinar ultraviolet tepi, yang hanya sebagiannya menembus atmosfir, sangat penting bagi fotosintesis tanaman dan bagi kelangsungan seluruh makhluk hidup. Sebagian besar sinar ultraviolet kuat yang dipancarkan matahari ditahan oleh lapisan ozon atmosfir dan hanya sebagian kecil dan penting saja dari spektrum ultraviolet yang mencapai bumi.
Fungsi pelindung dari atmosfir tidak berhenti sampai di sini. Atmosfir juga melindungi bumi dari suhu dingin membeku ruang angkasa, yang mencapai sekitar 270 derajat celcius di bawah nol.
Tidak hanya atmosfir yang melindungi bumi dari pengaruh berbahaya. Selain atmosfir, Sabuk Van Allen, suatu lapisan yang tercipta akibat keberadaan medan magnet bumi, juga berperan sebagai perisai melawan radiasi berbahaya yang mengancam planet kita. Radiasi ini, yang terus- menerus dipancarkan oleh matahari dan bintang-bintang lainnya, sangat mematikan bagi makhuk hidup. Jika saja sabuk Van Allen tidak ada, semburan energi raksasa yang disebut jilatan api matahari yang terjadi berkali-berkali pada matahari akan menghancurkan seluruh kehidupan di muka bumi.
Dr. Hugh Ross berkata tentang perang penting Sabuk Van Allen bagi kehidupan:
Bumi ternyata memiliki kerapatan terbesar di antara planet-planet lain di tata surya kita. Inti bumi yang terdiri atas unsur nikel dan besi inilah yang menyebabkan keberadaan medan magnetnya yang besar. Medan magnet ini membentuk lapisan pelindung berupa radiasi Van-Allen, yang melindungi Bumi dari pancaran radiasi dari luar angkasa. Jika lapisan pelindung ini tidak ada, maka kehidupan takkan mungkin dapat berlangsung di Bumi. Satu-satunya planet berbatu lain yang berkemungkinan memiliki medan magnet adalah Merkurius - tapi kekuatan medan magnet planet ini 100 kali lebih kecil dari Bumi. Bahkan Venus, planet kembar kita, tidak memiliki medan magnet. Lapisan pelindung Van-Allen ini merupakan sebuah rancangan istimewa yang hanya ada pada Bumi.
Tidak dipertanyakan lagi, adalah salah satu kejaiban Alquran bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh para ilmuwan, telah dinyatakan dalam Alquran
Dr. Abdul Majid Az-Zindany, Sekretaris Umum Haiatu al i'jazil 'ilmiy fi Alquran wa al Sunnah (Komisi Mukjizat Ilmiah dalam Alquran dan As Sunnah) Rabithah Alam Islami yang berpusat di Mekah Al-Mukaramah, memberikan panduan berkaitan dengan mukjizat ilmiah ini. Menurut dia, suatu penemuan iptek merupakan mukjizat ilmiah Alquran maupun As-sunah dengan berpijak bahwa:
 (1) Ilmu Allah SWT. bersifat universal dan kebenarannya bersifat mutlak. Adapun ilmu manusia bersifat terbatas dan kebenarannya nisbi, bisa benar bisa pula salah.
(2) Ada nas-nas wahyu (Alquran) yang memiliki dilalah (penunjukan) pasti, demikian pula ada realitas ilmiah yang indikasinya juga pasti.
(3) Ada juga ungkapan wahyu yang tidak memberikan penunjukan pasti (zhanniy al dilalah atau mutasyabihat), sebagaimana pula ada teori ilmiah yang belum bersifat pasti.
(4) Tidak mungkin terjadi pertentangan antara yang pasti dari wahyu dengan yang pasti dari realitas ilmiah. Kalau terjadi pertentangan pastilah ada kesalahan dalam menentukan kepastian salah satunya.
 (5) Jika Allah SWT menampakkan kepada hamba-hamba-Nya ayat-ayat-Nya di ufuk dan dalam diri manusia, yang menunjukkan kebenaran ayat-ayat dalam kitab-Nya atau hadis Rasul-Nya, maka pemahaman nas menjadi jelas, kesesuaiannya menjadi sempurna, penafsirannya menjadi kokoh, dan penunjukan (dilalah) lafal nas tersebut jadi tertentu; yaitu sesuai dengan penemuan ilmiah tersebut yang berupa realitas fakta di alam. Inilah yang disebut mukjizat ilmiah.
(6) Sesungguhnya teks (nas) wahyu diturunkan dengan lafal yang komprehensif, mencakup segala konsep yang baru dalam topik-topiknya. Kebenaran kandungannya terus-menerus muncul dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
(7) Jika terjadi pertentangan antara nas yang penunjukannya pasti (qath'iy al dilalah) dengan suatu teori ilmiah, maka teori tersebut harus ditolak. Hal ini disebabkan nas wahyu berasal dari Zat Yang Maha Berilmu. Adapun jika terjadi kesesuaian, maka nas wahyu menjadi patokan kebenaran teori tersebut (dan bukan sebaliknya). Sedangkan jika nas tadi penunjukannya tidak pasti (zhanniy al dilalah) padahal realitas alamnya sudah bersifat pasti, maka nas tersebut harus ditakwilkan pada pengertian yang sesuai dengan kenyataan ilmiah tersebut.
 (8) Jika terjadi pertentangan antara realitas ilmu yang pasti dengan hadis (pengetahuan atau peristiwa) yang ketetapannya belum pasti (zhanniy al tsubuut), maka pengertian hadis tadi harus ditakwilkan sesuai dengan kepastian pengertian ilmiah itu. Adapun jika tidak ada kesesuaian, maka yang pasti (qath'iy al dilalah) harus didahulukan dari yang tidak pasti (zhanniy al dilalah)[17].
Namun pada dasarnya apabila terdapat pertentangan antara Alquran dengan ilmu pengetahuan, maka dapat dipastikan penyebabnya adalah ilmu pengetahuannya yang salah atau karena pemahaman kita terhadap Alquran yang tidak benar. Firman Allah SWT:
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Alquran itu adalah benar”. (QS. Fushshilat 53).
Artinya bahwa mereka akan melihat dengan penglihatan mata dan penglihatan iman. Dan sasaran dari ayat ini adalah justru orang-orang yang tidak beriman, karena orang-orang yang beriman tidak memerlukan lagi bukti-bukti material.
Ada beberapa ilmuwan Barat yang (sebelum memulai pembicaraan) mengaku bahwa mereka tidak akan percaya kecuali terhadap apa yang mereka lihat dan saksikan. Mereka berpedoman pada “seeing is believing”. Dan mereka hanya mengaitkan segala persoalan dgn materi semata-mata.
Menurut mereka ilmu pengetahuan membahas fenomena-fenomena yg tampak dan terlihat, sedangkan agama membahas permasalahan ghaib yg harus diimani manusia secara taklid. Menurut mereka, itulah titik pertentangan antara agama dan ilmu pengetahuan. Padahal, ketidak berimannya mereka bukanlah merupakan hambatan untuk membahas masalah ini, karena bilamana menurut mereka dalam Alquran ada pertentangan dengan ilmu pengetahuan, mereka dapat mengemukakan argumen-argumennya. Dan argumen-argumen itu nantinya harus dikaji kembali untuk mengetahui seberapa jauh kebenarannya.
Apa yang mereka argumentasikan itu tidak benar karena pada dasarnya Alquran atau Agama dan ilmu pengetahuan tidak bertentangan dan kontradiksi.




F.       Alquran Mukjizat yang Kekal
Mukjizat para nabi ada dua macam, 1) material inderawi dan tidak kekal, yaitu mukjizat yang dapat dilihat dan dijangkau dengan panca indera, jenis mukjizat ini diberikan pada nabi-nabi sebelum nabi Muhammad. 2) inmaterial rasional dan selalu eksis sepanjang masa[18], jenis mukjizat ini diberikan pada nabi Muhammad yang berupa Alquran.
 Kekekalan mukjizat Alquran dapat dipahami,1) kehebatan Alquran yang tidak tertandingi sepanjang masa, ini yang membedakan Alquran dengan mukjizat lainnya, mukjizat selain Alquran terjadi dan disaksikan pada saat kejadian dan dipercaya orang pada zaman itu, sesudah itu ia akan menjadi berita atau cerita yang mengkin dipercaya atau tidak, sementara Alquran disaksikan dan dibaca oleh manusia sejak ia diturunkan hingga sekarang bahkan sampai hari kiamat, 2) kekekalan mukjizat Alquran identik dengan kekekalan Alquran itu sendiri, sebagai kitab yang diberikan pada nabi terakhir yang berlaku hingga akhir zaman. Sebagaimana firman Allah:
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya[19].
Para ulama yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-Dzikr didalam ayat ini adalah Alquran. Jadi, sebenarnya Alquran sudah mendapatkan penjagaan yang ketat dari Allah SWT, sehingga tak seorang pun yang mampu melakukan penyelewengan, pengurangan, penambahan ataupun perubahan terhadapnya. Dengan kata lain, Alquran akan selalu permanen dan akan selalu abadi sepanjang masa.
Yang lebih menarik lagi, bahwa ternyata Alquran bukanlah sekedar kitab yang dipelihara atau dijaga, tetapi juga malahan Alquranlah yang menjadi pemelihara dan penjaga. Bagaimana bisa demikian? Mungkin kalau tidak ada Alquran, bahasa Arab tidak akan sanggup bertahan lebih lama dan bahasa arab akan mengalami kematian seperti halnya bahasa-bahasa yang lainnya.
 Kalau bukan karena Alquran, siapa yang mau belajar bahasa Arab? Tetapi, Allah swt menghendaki Alquran sebagai pemersatu ummat manusia yang berislam kepadanya. Selama Alquran ada, selama itu pula orang beriman akan terpelihara, baik dari segi keimanan, pemikiran maupun dari segi kebahasaannya. Ini tak lain juga karena mukjizat yang Allah berikan kepada Alquran itu sendiri, sehingga saking besarnya mukjizat itu, bukanlah Alqur`an yang dijaga, tetapi Dialah yang menjadi sang penjaga.



G.      Simpulan
Alquran adalah hidayah yang memberikan petunjuk kepada manusia  dalam persoalan akidah, tasyri' dan akhlak agar berbahagia dunia dan akhirat, yang didalamnya menyisaratkan segala ilmu pengetahuan ini menunjukakan Alquran tidak ada pertentagan dengan ilmu pengetahuan dan menbuat takjub pembacanya dengan sajian bahasa yang menawan.
Alquran adalah kitab yang tidak bisa ditandingi oleh manusia, ia akan tetap eksis sepanjang masa, dan selalu aktual untuk dikaji dan dipelajari. Ini merupakan bukti kebesaran dan kekuasaan Allah, maka masih adakah yang merangukanNya?.



H.      Penutup
Dari sumua penjelasan diatas menunjukkan bahwa Alquran adalah kebanggaan bagi umat Islam, dan ia adalah pedoman hidup.
Alquran  mempunyai keistimewaan dan keajaiban, ia akan selalu eksis bersama perkembangan sejarah manusia tidak terkecuali sejalan dengan perkembangan sains.
Dan semoga makalah ini menjadi motifasi untuk selalu mempelajar Alquran dan mengembakannya.



I.         Daftar Rujukan
Shihab, M. Quraish. 2003 (Cet. Ke-13). Mukjizat Alquran Ditinjau dari Aspek Kebahasaan,Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib. Bandung: Mizan

Shihab, M. Quraish. 1996 (Cet Ke-12). “MEMBUMIKAN ALQURAN”:Fungsi dan Pesan Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan

Al-Munawwar, Said Agil Husin. 2005. Alquran Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki. Jakarat: PT.Ciputat Press

Al-Qotthon, Mannak Kholil. 1983. Mabahis fi Ulumil Qur'an. Suabaya: Al-Hidayah

 As-Shobuni, Muhammad Ali. 1981. Attibyan fi Ulumil Qur'an. Bairut: Muassasah Manahililul Irfan

Az-Zarqoni, Muhammad Abdul Aziz. 1988. Manahililul Irfan fi Ulumil Qur'an. Bairut: Darul-Fikr

Deedat, Ahmed. 1999,The Choise, Dialog Islam-Kristen, Jakarta, Pustaka Alkautsar,





[1] Mannak Kholil Al-Qotthon, Mabahis fi Ulumil Qur'an. Suabaya, Al-Hidayah 1983. Hal 20
[2] Muhammad Ali As-Shobuni. Attibyan fi Ulumil Qur'an. Bairut: Muassasah Manahililul Irfan. 1981. Hal 26
[3] M. Quraish Shihab, Mukjizat Alquran Ditinjau dari Aspek Kebahasaan,Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib. Bandung: Mizan 2003 (Cet. Ke-13). Hal 23
[4] Said Agil Husin Al-Munawwar. Alquran Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki. Jakarat: PT.Ciputat Press, 2005. Hal 30
[5] Muhammad Ali As-Shobuni. Attibyan fi Ulumil Qur'an. Bairut: Muassasah Manahililul Irfan. 1981. Hal 97
[6] Ibid 89
[7] Said Agil Husin Al-Munawwar. Alquran Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki. Jakarat: PT.Ciputat Press, 2005. Hal 32
[8] Ibid hal 35
[9] M. Quraish Shihab, Mukjizat Alquran Ditinjau dari Aspek Kebahasaan,Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib. Bandung: Mizan 2003 (Cet. Ke-13). Hal 111
[10] Ahmed Deedat, The Choise, Dialog Islam-Kristen, Jakarta, Pustaka Alkautsar, 1999, hal. 184

[11] Muhammad Abdul Aziz Az-Zarqoni. Manahililul Irfan fi Ulumil Qur'an. Bairut: Darul-Fikr. 1988. Hal 351-352
[12] M. Quraish Shihab, Mukjizat Alquran Ditinjau dari Aspek Kebahasaan,Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib. Bandung: Mizan 2003 (Cet. Ke-13). Hal 193
[13]  Ibid hal 194
[14] Mannak Kholil Al-Qotthon, Mabahis fi Ulumil Qur'an. Suabaya, Al-Hidayah 1983. Hal 272
[15] M. Quraish Shihab, Mukjizat Alquran Ditinjau dari Aspek Kebahasaan,Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib. Bandung: Mizan 2003 (Cet. Ke-13). Hal 166
 [16]rangsangan Alquran dalam beberapa isyarat ilmiah yang di ungkapkan dalm konteks hidayat Alquran
[17] http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/102007/04/ramadan03.htm
[18] Ibad hal 35
[19]  Ayat Ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar