Aku adalah seorang muslim,
begitulah aku dan lingkunganku menyebut identitas keagamaanku, ya,, paling
tidak aku telah berikrar atas agama Islam dengan Syahadatain yang telah aku
ucapkan semenjak dulu yang aku sendiri tidak ingat kapan pertama kali aku
mengucapkan itu dan setiap hari akupun paling tidak lafadkan kalimat
sakral itu lima kali sehari dalam sholat fardhuhku.
Aku bersaksi
bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan nabi Muhammad adalah
utusan Allah, dua kalimat syahadat ini adalah pintu masuk untuk
dikatakan sebagai muslim dan aku telah melaui pintu ini, anggapku selama ini tapi
setelah aku pikir-pikir dan aku renungkan aku malah merasa aku belum
benar-benar muslim, mungkin kata yang tepat adalah “muslim dikulit saja”.
Pemikiran ini timbul dari persepsi bahwa kenyataannya aku belum sesuai dengan yang
seharusnya.
Harusnya syahadatain itu terucap
dengan ikrar yang lahir atas dasar pemahaman ketuhanan dengan kesadaran dan penghayatan terhadap realitas
tertinggi yang disebut sebagai Tuhan, tapi nyatanya aku mengucapkan syahadatain
tidak demikian yaitu hanya ikut-ikutan tanpa penghayatan tentang pemahaman
ketuhanan.
Harusnya ketika aku mengucapkan “tiada
Tuhan yang berhak untuk disembah kecuali Allah” aku menjadikan Engkau Allah
sebagai fokus dan prioritas tunggal dalam diriku sebagai poros integritas
pegendali kehidupanku dalam pemahaman bahwa hanya Engkaulah realitas sejati,
eksistensi sejati, substansi sejati, keaguangan, kebesaran, keindahan,
kesempurnaan dan penguasa yang sejati. Tapi nyatanya aku masih saja dalam
ketidak sadaran dan kelalaianku, aku masih selalu disilaukan yang tampak mempesonakan
mata hingga aku tak bisa melihat-MU. ketika aku melihat sesuatu yang besar dan
menakjubkan, pudar penghihatanku hingga Engkaupun tak tampak dan ketika suatu
yang indah dan sejuk melintas didepanku, hilang sadarku bahwa engkaulah yang
ada dibalik keindahan itu.
Harusnya ketika aku bersyahadah
terhadap kenabian Muhammad Rosulullah, aku jadikan beliau sebagai panutanku,
pembimbing kehidupanku dan kekasihku. Hahhh tapi nyatanya beliau hanya ada
dalam buku sejarah yang aku punya tanpa bisa meneladani kehidupannya yang penuh
perjuangan, beliau hanya ada dalam buku hadits tanpa aku bisa melaksanakan dengan baik segala petuah dan sunnahnya.
Harusnya, harusnya dan harusnya...
tapi nyata... maka maafkan aku bila aku belum
bisa menjadi yang seharusnya.!!! Maafkan, maafkan dan maafkan!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar