oleh: Moh. Hasyim Abd. Qadir
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Kajian keislaman
ternyata tidak hanya diminati oleh kalangan orang muslim sendiri namun juga orang
barat yang nota beninya non muslim yang selanjutnya disebut sebagai orentalis
sangat antusias dalam mengkaji ilmu-ilmu keislaman, walaupun tidak ada
keterangan jelas sejak kapan dan siapa pertama kali orang barat yang pertama
kali mempelajari Islam[1], dalam
kajian historisnya terdapat beberapa pendapat mengenai hal ini[2] namun
istilah orientalis sendiri sudah muncul sejak abad ke-17 karena pada masa tersebut
pengkajian barat tentang Islam dan dunia timur sudah bersifat ilmiah-akademik[3], hal
ini menindikasikan bahwa ilmu-ilmu keislaman memiliki penikmat yang beragam
dengan motivasi yang tentunya beragam pula.
Salah satu
bidang keilmuan Islam yang ditekuni oleh orientalis adalah bidang hadis, bahkan
dari kajian yang mereka lakukan telah melahirkan sebuah karya monumental
seperti al-Mu’jam al-Mufahras li Alfāz} al-H{adīth al-Nabawī, sebuah karya dari sekelompok orientalis yang dipublikasikan
oleh A. J. Wensinck dan J. P. Mensing, karya mereka ini merupakan salah satu
karya yang juga dipergunakan oleh orang Muslim dalam melacak keberadaan hadis
berdasarkan teksnya. Karya ini walaupun dihasilkan oleh orang-orang orientalis
tetapi harus diakui bahwa karya mereka ini sangat membantu orang Muslim sendiri
khususnya bagi para peneliti-peneliti hadis, oleh karenanya merupakan sikap
yang kurang bijak dan tidak obyektif bila umat Islam memandang bahwa setiap
kajian yang dilakukan oleh orang-orang non-muslim merupakan kajian yang
distortif karena kenyataannya tidak semuanya demikian.
Kajian keilmuan
yang dilakukan oleh orientalis secara garis besar setidaknya memiliki dua dasar
motivasi yang berbeda, yang pertama adalah kajian yang dilakukan untuk mencari
celah “kesalahan” Islam untuk menghantam Islam dan menciptakan image negatif
terhadap Islam dan yang kedua adalah kajian yag obyektif dalam konteks
penyaluran hasrat intelektualitas yang bersifat ilmiah, walaupun dalam
presentasenya motivasi yang pertama jauh lebih dominan daripada motivasi yang
kedua, hal ini bisa dipahami sebgai akibat dari gesekan ketidak harmonisan
antara Islam dan non-Islam khususnya yang bersifat sentimen teologis.
Kajian keislaman yang dilakukan oleh orientalis pada mulanya
hanya kepada bidang keilmuan yang besifat umum, namun seiring berjalannya waktu
kajian tersebut mulai masuk dalam ranah kajian yang khusus termasuk didalamnya
adalah kajian tentang hadis dimana dalam
Islam hadis memiliki peranan sentral dan staregis karena hadis merupakan salah
satu landasan hukum dalam Islam dan panduan bagi umat Islam, maka dalam makalah
ini pemakalah akan memaparkan kajian yang dilakukan oleh orentalis dalam bidang
hadis dengan spesifikasi otentitas hadis dalam kajian orientalis domain teori
sistem isnād,
evolusi historisitas hadis, dan problem validitas hadis.